
American idol…Idonesian Idol…atau idol idol yang lain sekitar 5th yang lalu sangat terkenal sebagai ajang untuk mencari bakat yang disiarkan oleh stasiun stasiun televisi di banyak negara.
Di jaman Smartphone dengan aplikasi Tik-tok didalamnya setiap orang bisa menjadikan dirinya sebagai The Idol sama halnya seperti ajang pencarian bakat yang saya sebutkan diawal tadi, artis tik-tok sendiri berasal dari berbagai macam background, ada yang memang sudah terkenal seperti istrinya Irfan Bachdim yang ex pemain Bali United sampai SPG Handphone kini keranjingan ber Tik-Tok ria.
Per 1 Mei 2020 aplikasi Tik-tok sudah diunduh sebanyak 2 miliar pengguna di seluruh dunia, sebuah pencapaian yang wooww, hal ini menjadikan Tik-tok sebagai salah satu media yang menjadi sasaran bagi seorang Marketers atau pemasar didalam marketing division sebuah perusahaan untuk mempromosikan perusahaannya di aplikasi ini karena banyaknya pengguna yang sudah mengunduh aplikasi ini.
Terbukti dengan pendapatan iklan Tik-tok mengalahkan sosial media yang sudah lebih awal hadir yaitu Facebook dan Istagram, Tik-tok menjadi sangat familiar belakangan karena videonya bukan hanya bisa dinikmati di aplikasi tik-tok saja tapi bisa juga di unggah ke FB atau Instagram mereka, hal ini yang menjadikan Tik-tok cepat terkenal.
Setiap Sosial media yang ada memiliki karakter tersendiri yang kalau kita mampu menciptakan konten – konten yang sesuai dengan karakter dari sosial media itu sendiri akan mampu menciptakan engaggment bagi penggunanya masing masing.
Instagram awalnya adalah aplikasi yang diciptakan untuk berbagi foto menarik dari aktifitas harian penggunanya, walaupun berisi caption tetapi itu hanya sebagai pelengkap dari foto yang diunggah tetsebut, yang lebih dominan adalah foto yang menarik yang akan menjadikan sebuah akun memiliki follower yang banyak, tetapi berkembangnya waktu instagram bukan hanya dijadikan media penyebaran foto yang mana hal ini membuat banyak tempat usaha yang mendesain tempatnya agar “instagramable” tapi juga dipakai oleh media berita sebagai media penyebar informasi untuk menjadikan instagram sebagai salah satu chanel diatribusi berita yang mereka miliki.
Kembali ke tik-tok, pembuat aplikasi ini sangat smart, dan pembuat pembuat aplikasi yang lain juga saya yakin mereka juga sangat smart, WA melejit ditengah Booming pemakaian pesan instan BBm atau Blackberry massanger waktu itu, FB juga melejit diantara aplikasi sejenis yang telah duluan hadir, dan setiap aplikasi selalu menggunakan ceruk yang belum digarap oleh pemain sebelumnya untuk mereka pakai sebagai celah untuk masuk secara mendalam ke ceruk yang ada tersebut, seperti halnya WhatsApp yang mampu menggeser BBm.dengan melihat kelemahan BBm yang hanya bisa dipakai oleh perangkat BB waktu itu, yang walau akhirnya aplikasinya dibuka agar bs digunakan semua platfond OS yg ada tapi sudah terlambat karena pengguna WA sudah kadung besar dan pemakai merasa nyaman dengan WA karena kemudahan pendaftaran hanya menggunakan no HP dibandingkan dengan BBm yang memakai PIN khusus BBm.
Setiap somed sebenarnya bisa saja menambahkan fiture baru dari aplikasi yang baru muncul yang mereka anggap memiliki prospek berkembang yang mana kemunculannya akan mampu menyaingi aplikasi mereka tersebut, tapi bisa saja hal itu justru akan menjadi bumerang karena membuat aplikasi mereka menjadi kabur karakternya, karena karakter yang khas tersebut biasanya masing masing aplikasi memiliki rentang usia pengguna masing masing, anak Generasi Z biasanya jarang pakai FB yang lebih banyak digunakan oleh Generasi baby boomers sampai generasi X, yang mana anak millenial sampai generasi Z biasanya cenderung menggunakan aplikasi Instagram dan yg terbaru Tik-tok ini.
Berkaca dari penambahan menu story di instagram yang mengacu pada aplikasi snapchat, menu yang mirip dengan tik-tok bisa saja ditambahkan kedalam aplikasi berbagi foto ini, sama halnya menambahkan menu story yang mereka lakukan dulu, tapi kembali lagi jangan jangan hal ini akan mengaburkan karakter dasar yang dimiliki oleh diri mereka berdasarkan pemikiran awal saat membuat aplikasi tersebut.
Tik-tok idol tidak bisa di elakan, sama halnya dengan akun akun Idola yang memiliki banyak follower di Instagram dengan konten kontenya yang menarik.
Ada sebuah toko Gadget yang menjual Iphone second yang lumayan aktif aktifitas mereka ber tik-tok ria yang cukup lincah dan “genit” yang mana hal ini membuat banyak akun akun media sosial yang membagikan kembali video mereka ini dan bisa jadi penjualannya juga ikut meningkat sejalan dengan peningkatan brand awarenes dari toko ini.
Brand awarenes tentu beda dengan brand image yang walau tentunya brand image akan tercipta awalnya dari brand awarenes, tetapi media tik – tok sama dengan media – media yang lain dia hanya sebuah media, hanya karakteristiknya saja yang berbeda, kalau FB biasanya dengan kombinasi postingan foto atau video dengan narasi tulisan detail, kalau di IG lebih dominan ke foto yang menarik, tik-tok hadir untuk menciptakan engagement dengan cara musik yang biasanya diiringi gerakan dance atau tarian pendek yang unik, walau ada banyak juga pengguna Tik-tok yang membuat konten lucu lucuan lewat tik-tok.
Masih panjang jalan yang mesti ditempuh bagi sebuah brand untuk mampu terus melangkah maju ditengah tengah persaingan yang semakin ketat, kalau saat ini sebuah bisnis mampu menarik minat penikmat medianya untuk datang ke toko kita karena Tik-tok kita viral tentu ada hal lain lagi yang mesti kita perhatikan seperti misalnya :
1.Bagaimana kita melayani mereka setelah datang, hal ini akan menentukan mereka jadi membeli di tempat kita atau tidak.
2.Bagaimana dengan kwalitas dari produk yang kita jual akan menentukan berikutnya apakah toko kita layak di advocate oleh konsumen yang tadi telah bertransaksi di kita atau sebaliknya.
Suatu saat mungkin kita sebagai pengusaha akan membuat Lowongan dengan salah satu syaratnya adalah MAHIR MAEN TIK TOK ?
Salam dari Ubud Bali (gedeeka)