FOCUS ● UN FOCUS ● RE FOCUS

“Kita perlu tetap membuka diri untuk mampu melihat peluang lain dari apa yang kita kerjakan selama ini”.

Itu salah satu poin yang disampaikan oleh seorang pembicara ketika menjadi pembicara di salah satu sesi webinar yang saya ikuti.

courtesy IG @ronysetyawan

Sama seperti foto ilustrasi yang saya sertakan ini yang saya ambil dari IG Bro @ronysetyawan ini yang mana karena focus melihat kedepan untuk mencapai tujuan kita, kita lupa rehat sejenak untuk Un focus, melihat kesamping sejenak ke area hijau yang pemandangannya sangat bagus sekali, yang bisa saja tanpa kita sadari berisi tulisan “Dijual segera, BU Harga Corona” ??

Dalam membangun dan membesarkan usaha yang saya jalani, salah satu budaya perusahaan yang kami buat yaitu FOCUS, kenapa poin ini menurut kami penting karena dalam perjalanan pengelolaan usaha kecil kecilan yang kami jalani sering kali kami menghadapi atau menemukan Team yang kurang Focus akan tugas yang mereka miliki.

Focus disini sebenarnya bukan hanya untuk team saya tapi menjadi budaya bagi diri saya sendiri untuk selalu FOCUS dalam menjalankan usaha saya, mungkin hal ini akan sedikit menjadi paradoks, di satu sisi kita diminta focus focus focus, disisi lain kita diminta Unfocus, dalam hati saya berkata, disana mungkin seninya meraih kesuksesan ?

Setelah mengikuti webinar tersebut sudut pandang saya terhadap budaya focus menjadi lebih terbuka, sesuai dengan judul tulisan ini yaitu FOCUS, UN FOCUS, RE FOCUS.

Judul tulisan ini terlintas di benak saya saat ikut webinar tersebut karena saat itu saya jadi ingat sebuah istilah yang hampir sama yang mungkin istilah ini sudah biasa kita baca atau dengar dengan versi lain yaitu LEARN, UN LEARN, RE LEARN, yang mana maksudnya kita diminta selalu meng upgrade diri dengan ilmu terbaru yang disesuaikan dengan tuntutan jaman, kalau dulu ketika sosial media dan internet belum ada, ilmu digital marketing tentu juga belum ada juga bukan, tapi dengan berkembangnya dunia digital maka ilmu marketing menjadi berkembang lagi dengan yang namanya digital marketing.

Sesuatu yang telah kita pelajari (Learn) dijaman dulu perlu kita kaji ulang (Un learn) dan memasukan ilmu baru (Re Learn) yang sesuai dengan jamannya.

Demikian juga halnya dengan judul tulisan saya ini, dalam menjalankan usaha kita masing masing tentu diperlukan FOCUS agar apa yang kita harapkan yaitu usaha atau perusahaan kita bisa tumbuh dan berkembang bisa tercapai, tapi ada hal yang mana kita harus menyediakan waktu dan ruang untuk kita UN FOCUS akan hal hal yang kita lakukan sepanjang hari agar kita mampu melihat peluang dan memilah dan memilih dari peluang peluang yang ada untuk kita jadikan Next usaha atau Next Income dari usaha baru yang kita bentuk yang mana setelah terbentuk kita perlu RE FOCUS lagi untuk menjalankan bukan hanya 1 usaha tapi saat ini menjadi 2 usaha yang kita jalankan.

Ketika usahanya sudah mulai berkembang kita tentu perlu menambah orang yang sekiranya memiliki level berpikir manajerial yang akan mampu menggantikan posisi kita sehingga alokasi waktu kita untuk hal hal teknis di usaha yang lama atau baru bisa sedikit berkurang dan focus kita sedikit bergeser ke hal hal strategic untuk pengembangan usaha lebih lanjut kedepannya.

Semoga tulisan ini memberi inspirasi baru bagi kita semua, dan kedepannya kita (anda dan saya ) mampu tetap bertumbuh di situasi era pandemi covid 19 yang penuh tantangan saat ini.

Semoga pikiran positif selalu datang dari segala arah…Ayo Bangkit

NB : Terbuka peluang diskusi untuk memberi sudut pandang berbeda dari tulisan ini.

Branding = Dekor

Di setiap acara ulang tahun di keluarga kami, ayah saya selalu mendekor ruangan yang biasa kami gunakan untuk acara ultah keluarga, dekornya menggunakan bahan bahan di sekitar rumah, kadang daun pisang kadang daun pepaya sampai daun kelapa ?

Walau sering anak anaknya membatasi agar tidak terlalu banyak di dekor tapi beliau selalu dengan antusias memdekor ruangan tempat acara, yang lama kelamaan saya jadi mengerti mungkin dengan melakukan hal sesuai passionnya akan membuat beliau lebih bahagia, bukankah itu salah satu teori menjadi pribadi yang bahagia? Melakukan apa yang kita sukai dengan kata lain apa yang menjadi passion kita, contoh lainnya ketelitian dalam.mendekor ini yaitu seringkali posisi meja atau tempat kue yang miring sedikit saja langsung dikoreksi agar “simetris” katanya ?

Trus apa hubungannya tulisan ini dengan judul diatas yaitu “BRANDING”? Mungkin itu pertanyaan yang muncul di benak anda.

Branding menurut saya sama halnya seperti ayah saya mendekor ruangan acara ultah tadi.

Saya balik mau tanya, apakah dengan tanpa di dekor acara tidak terlaksana atau kurang makna?

Kalau ruangannya amburadul alias tidak bersih, barang barang berserakan tentu acara kurang asik, tapi mendekor disini bukan hanya sampai disitu, selain tertata rapi, tapi ayah sering menambahkan pernak pernak seperti kain warna warni atau dedaunan yang saya sebutkan tadi.

Maksud saya mengacu dari pertanyaan tadi adalah, apakah tanpa adanya pernak pernik daun daun yang capek capek di tebang dan di rangkai untuk acara tadi akan jadi kurang seru?

Coba kita bandingkan, mana lebih berkesan, ruangan didekorasi dengan apik dan menarik, tapi makanan nggak enak, suasana garing dll.

Kalo bisa memilih tentu kita akan memilih ruangannya menarik, suasana acara asik dan makanan enak bukan??

Sekarang kalau ada yang jualan bakpao misalnya, bakpaonya di hias tampilan dan packing nya menarik berisi label logo tapi begitu dicoba rasanya nggak enak dan bakpaonya kurang lembut, sementara itu ada penjual yang lain menjual bakpao dengan tampilan yang biasa biasa saja tanpa dipacking yang bagus tanpa label apalagi logo tapi rasanya enak dan lembut, kira kira kalo dipajang mana yang akan dipilih pertama kali?

Kalo saya sih akan milih yang tampilannya menarik walau setelahnya akan jadi kecewa dan menutuskan hanya sekali aja beli bakpao yang itu ??

Terus ada penjual bakpao ketiga, dia membuat bakpaonya dengan penuh penjiwaan hingga rasanya enak, lembut, ditambah lagi karena dia ngerti dikit dikit mengenai dunia branding, dia buat logo yang menarik dengan warna yang menarik ditambah tagline yang kata katanya membuat penasaran yang ditulis dibawah logonya misalnya, kira kira yang mana akan terus dibeli oleh konsumennya?

Kalau menurut saya, sepanjang harga yang ditetapkan sesuai dengan segmen marketnya, maka bakpao yang ketiga akan saya pilih.

Rasa enak, tampilan menarik, harga sesuai.

Itu lah yang saya maksud branding.

Nasi Goreng plus plus….

“Kenapa acara yang becandaan, prank dan joged macam ubur ubur, subscriber dan follower nya besar?”

Demikian seloroh dari postingan sahabat saya di akun media sosialnya.

Ketika membaca postingan itu saya jadi teringat dengan sebuah restoran yang menyajikan menu hanya “Nasi Goreng” , kenapa saya isi hanya, ya menurut saya nasi goreng ya nasi goreng that just nasi yang di goreng ??

Tapi apa bedanya nasi goreng yang saya ceritakan ini dengan nasi goreng biasanya, karena nasi goreng ini dibikin didepan kita kita sebagai calon penikmatnya seperti yang anda bisa lihat di video yang saya sertakan ini.

Lalu apa bedanya dengan nasi goreng biasanya?

Apa rasanya akan lebih nikmat kalau dibuat didepan kita daripada dibuat diblakang kita? ?

Apa nasinya akan dapat lebih banyak dari porsi standar yang biasa kita dapatkan?

Jawabannya : Tidak juga.

Competitive advantage nya (biar lebih keren saya isi istilah manajemen gpp yaakk ?) maksud saya nilai lebih nya yang membedakan resto tersebut dengan yang lainnya yaitu kemampuan chef nya menyajikan menu nasi goreng dengan berbagai gaya akrobatik tadi.

Resto ini jadi kelihatan rame bukan semata mata karena rasa nasi gorengnya enak, tapi lebih banyak karena bagaimana mereka mendemonstrasikan cara membuat nasi goreng dengan berbagai “bumbu” akrobat dalam pembuatannya.

Kembali lagi ke postingan teman saya tadi, bagaimana kita sebagai seorang Penulis, Vloger atau apapun namanya yang menghasilkan sebuah karya, ditantang agar mampu menyajikan hasil karya kita dengan lebih menarik tanpa melupakan isi atau konten dari karya karya yang kita buat.

Kalau karyanya sebuah tulisan seringkali sebuah tulisan yang disajikan dengan candaan dan guyonan akan mampu mendatangkan lebih banyak respon entah itu berupa like, coment atau share seperti yang diharapkan oleh si pembuat tulisan tersebut.

Demikian juga halnya sebuah video youtube dimana seperti apa yang disampaikan teman saya tadi, kok video Prank atau joged ubur ubur lebih banyak yang subscribe dan view daripada video yang berisi materi yang mengedukasi yang lebih bermanfaat dari sekedar goyang goyang yang hanya menyajikan gerakan sensual (biasanya semakin seksi semakin banyak followernya ??).

Disanalah tantangan seorang penulis ataupun youtuber yang ingin mendapatkan subscribe dan view yang banyak, bagaimana kita sebagai konten kreator mampu menyajikan konten kita dengan lebih menarik sebagaimana seorang koki nasi goreng yang menyajikan nasi gorengnya dengan berbagai macam trik didalam proses memasaknya sehingga membuat yang mau makan nasi gorengnya nggak sabaran untuk meniknati nasi gorengnya.

Kalau kita bandingkan kedalam dunia usaha, jumlah subscriber itu saya analogikan sama dengan jumlah pelanggan kita, kalau toko kita mampu memberikan pelayanan yang menarik, harga yang wajar, dan stok barang yang lengkap tentu pelanggan kita akan datang selalu ke toko kita (menjadi subscriber/pelanggan kita) hal itu bisa terjadi karena kita memperhatikan feedback dari pembeli yang datang ke toko kita.

Umpamanya kemarin ada cust yang datang nyari produk yang tidak kita jual, tapi kita sebagai pemilik usaha tau produk yang dicari masih inline/sejalur dengan produk produk yang kita jual tentu kita akan berusaha melengkapi produk tersebut, jangan sampai kita jualan handphone dan laptop tapi cust nyarinya alat listrik tentu kita tidak kungkin akan memenuhinya karena produknya tidak inline dengan produk yang kita jual, tapi kalau hanya sebatas mereka nyarinya kabel data merk X tentu kita harus menelaah lagi perlu tidaknya kita penuhi, karena bisa saja kita sudah memiliki merk Y misalnya.

Sebagai seorang youtuber bisa jadi kita meminta feedback dari subscriber kita sebelumnya baik dari kolom komentar atau bisa juga masukan dari orang orang yang kita kenal.

The end of the day bagaimanapun cara menyajikannya atau seberapa heboh pun goyang ubur ubur kalau tidak mampu membawa kenikmatan jangka panjang bagi penikmatnya (ini lagi ngomongin apa sih ??) maka dia akan menjadi kehebohan sesaat habis itu ya sudah berlalu begitu saja.

Nasi goreng yang diproses dengan berbagai gaya akrobat kalau nasinya tidak enak tentu orang yang datang hanya sekali saja pingin datang, karena rasa dari nasi gorengnya biasa saja, tapi kalau enak tentu akan memberikan komen positif bagi resto tersebut selain rasanya yang enak cara penyajian juga unik.

Tetap semangat bagi anda konten kreator, tetaplah berkarya walau hari ini masih minim subscriber saya pribadi salut dengan usaha dan kerja keras anda semua.

Tik-Tok Idol

american idol

American idol…Idonesian Idol…atau idol idol yang lain sekitar 5th yang lalu sangat terkenal sebagai ajang untuk mencari bakat yang disiarkan oleh stasiun stasiun televisi di banyak negara.

Di jaman Smartphone dengan aplikasi Tik-tok didalamnya setiap orang bisa menjadikan dirinya sebagai The Idol sama halnya seperti ajang pencarian bakat yang saya sebutkan diawal tadi, artis tik-tok sendiri berasal dari berbagai macam background, ada yang memang sudah terkenal seperti istrinya Irfan Bachdim yang ex pemain Bali United sampai SPG Handphone kini keranjingan ber Tik-Tok ria.

Per 1 Mei 2020 aplikasi Tik-tok sudah diunduh sebanyak 2 miliar pengguna di seluruh dunia, sebuah pencapaian yang wooww, hal ini menjadikan Tik-tok sebagai salah satu media yang menjadi sasaran bagi seorang Marketers atau pemasar didalam marketing division sebuah perusahaan untuk mempromosikan perusahaannya di aplikasi ini karena banyaknya pengguna yang sudah mengunduh aplikasi ini.

Terbukti dengan pendapatan iklan Tik-tok mengalahkan sosial media yang sudah lebih awal hadir yaitu Facebook dan Istagram, Tik-tok menjadi sangat familiar belakangan karena videonya bukan hanya bisa dinikmati di aplikasi tik-tok saja tapi bisa juga di unggah ke FB atau Instagram mereka, hal ini yang menjadikan Tik-tok cepat terkenal.

Setiap Sosial media yang ada memiliki karakter tersendiri yang kalau kita mampu menciptakan konten – konten yang sesuai dengan karakter dari sosial media itu sendiri akan mampu menciptakan engaggment bagi penggunanya masing masing.

Instagram awalnya adalah aplikasi yang diciptakan untuk berbagi foto menarik dari aktifitas harian penggunanya, walaupun berisi caption tetapi itu hanya sebagai pelengkap dari foto yang diunggah tetsebut, yang lebih dominan adalah foto yang menarik yang akan menjadikan sebuah akun memiliki follower yang banyak, tetapi berkembangnya waktu instagram bukan hanya dijadikan media penyebaran foto yang mana hal ini membuat banyak tempat usaha yang mendesain tempatnya agar “instagramable” tapi juga dipakai oleh media berita sebagai media penyebar informasi untuk menjadikan instagram sebagai salah satu chanel diatribusi berita yang mereka miliki.

Kembali ke tik-tok, pembuat aplikasi ini sangat smart, dan pembuat pembuat aplikasi yang lain juga saya yakin mereka juga sangat smart, WA melejit ditengah Booming pemakaian pesan instan BBm atau Blackberry massanger waktu itu, FB juga melejit diantara aplikasi sejenis yang telah duluan hadir, dan setiap aplikasi selalu menggunakan ceruk yang belum digarap oleh pemain sebelumnya untuk mereka pakai sebagai celah untuk masuk secara mendalam ke ceruk yang ada tersebut, seperti halnya WhatsApp yang mampu menggeser BBm.dengan melihat kelemahan BBm yang hanya bisa dipakai oleh perangkat BB waktu itu, yang walau akhirnya aplikasinya dibuka agar bs digunakan semua platfond OS yg ada tapi sudah terlambat karena pengguna WA sudah kadung besar dan pemakai merasa nyaman dengan WA karena kemudahan pendaftaran hanya menggunakan no HP dibandingkan dengan BBm yang memakai PIN khusus BBm.

Setiap somed sebenarnya bisa saja menambahkan fiture baru dari aplikasi yang baru muncul yang mereka anggap memiliki prospek berkembang yang mana kemunculannya akan mampu menyaingi aplikasi mereka tersebut, tapi bisa saja hal itu justru akan menjadi bumerang karena membuat aplikasi mereka menjadi kabur karakternya, karena karakter yang khas tersebut biasanya masing masing aplikasi memiliki rentang usia pengguna masing masing, anak Generasi Z biasanya jarang pakai FB yang lebih banyak digunakan oleh Generasi baby boomers sampai generasi X, yang mana anak millenial sampai generasi Z biasanya cenderung menggunakan aplikasi Instagram dan yg terbaru Tik-tok ini.

Berkaca dari penambahan menu story di instagram yang mengacu pada aplikasi snapchat, menu yang mirip dengan tik-tok bisa saja ditambahkan kedalam aplikasi berbagi foto ini, sama halnya menambahkan menu story yang mereka lakukan dulu, tapi kembali lagi jangan jangan hal ini akan mengaburkan karakter dasar yang dimiliki oleh diri mereka berdasarkan pemikiran awal saat membuat aplikasi tersebut.

Tik-tok idol tidak bisa di elakan, sama halnya dengan akun akun Idola yang memiliki banyak follower di Instagram dengan konten kontenya yang menarik.

Ada sebuah toko Gadget yang menjual Iphone second yang lumayan aktif aktifitas mereka ber tik-tok ria yang cukup lincah dan “genit” yang mana hal ini membuat banyak akun akun media sosial yang membagikan kembali video mereka ini dan bisa jadi penjualannya juga ikut meningkat sejalan dengan peningkatan brand awarenes dari toko ini.

Brand awarenes tentu beda dengan brand image yang walau tentunya brand image akan tercipta awalnya dari brand awarenes, tetapi media tik – tok sama dengan media – media yang lain dia hanya sebuah media, hanya karakteristiknya saja yang berbeda, kalau FB biasanya dengan kombinasi postingan foto atau video dengan narasi tulisan detail, kalau di IG lebih dominan ke foto yang menarik, tik-tok hadir untuk menciptakan engagement dengan cara musik yang biasanya diiringi gerakan dance atau tarian pendek yang unik, walau ada banyak juga pengguna Tik-tok yang membuat konten lucu lucuan lewat tik-tok.

Masih panjang jalan yang mesti ditempuh bagi sebuah brand untuk mampu terus melangkah maju ditengah tengah persaingan yang semakin ketat, kalau saat ini sebuah bisnis mampu menarik minat penikmat medianya untuk datang ke toko kita karena Tik-tok kita viral tentu ada hal lain lagi yang mesti kita perhatikan seperti misalnya :
1.Bagaimana kita melayani mereka setelah datang, hal ini akan menentukan mereka jadi membeli di tempat kita atau tidak.

2.Bagaimana dengan kwalitas dari produk yang kita jual akan menentukan berikutnya apakah toko kita layak di advocate oleh konsumen yang tadi telah bertransaksi di kita atau sebaliknya.

Suatu saat mungkin kita sebagai pengusaha akan membuat Lowongan dengan salah satu syaratnya adalah MAHIR MAEN TIK TOK ?

Salam dari Ubud Bali (gedeeka)